Lagu yang sedari kemarin menemani kusut dikepala; bercerita tentang Rindu, Sesal dan Bapak. Tepat 1 tahun beliau berpulang, 18mar20-18mar21 #ALFATIHA
18/03/2021
Satu Tahun
14/02/2021
First Trail
One fine day. Back to childhood-life. Dua kali terpeleset. Satu kali nyasar. Mandi hujan sepanjang track balik. Ditolong orang-orang baik. Berat but worthed; namanya juga pemula. I love my sunday to the bone, 💗
21/05/2020
Apa iya cinta harus memiliki?
Hai blog..
Lama tidak menulis tetiba saya ingin sedikit bercerita tentang relationship.
Jika ada yang bertanya kepadamu, “apakah cinta harus memiliki?”
Jawaban saya ada pada dua pilihan tergantung pada masanya. Lah, maksudnya gimana sih Syam? Hmm.. begini begini, jika pertanyaan itu dilontarkan kepada saya satu atau dua tahun yang lalu mungkin jawaban saya adalah BIG NO!! ya ngapain coba mencintai orang yang jelas-jelas tidak bisa kita miliki, tidak bisa kita raih. Wasting time. Membuang energi dan sangat sangat bodoh. Cinta itu timbal balik, lo jual gue beli.. kamu suka, aku apalagi. Terdengar amat sangat transaksional memang tapi itu benar benar logic sih, walaupun terkesan sangat egosentris. Tapi kan, bukannya cinta adalah bentuk pemuasan diri?!
Dan lalu jika pertanyaan itu disampaikan kepada saya disaat-saat sekarang, saya bisa menjawab dengan lantang.. BISA DONG!! Alasannya sederhana, cinta itu bukan transaksi perasaan, kenapa kita bisa mencintai seseorang itu karena adanya investasi-investasi perbuatan si-dia yang membuat kita nyaman hingga akhirnya kita memilih jatuh cinta. Ini keputusan sendiri lho, sadar atau tidak sadar. Paham sampai disini? In fact, terkadang kita tidak punya kuasa untuk memilih pada siapa kita akan jatuh cinta, yang kita bisa lakukan setelahnya adalah apakah kita akan menuruti ego kita untuk kemudian memaksakan diri memiliki si-dia. Ya kalau cinta kita mendapatkan balasan, Alhamdulillah. Jika tidak? Bagaimana?
Jalan satu-satunya adalah melepaskan saja perasaan itu, bukannya cinta itu adalah mainan orang dewasa? Orang-orang yang sudah tahu betul konsekuensi dari setiap pilihan-pilihan dalam hidupnya. Pada dasarnya tidak ada hal apapun yang akan berjalan dengan baik jika dipaksakan, yang terbaik adalah hidup dengan tidak begitu terpusat pada ke-akuan diri. Ya kalau kamu cinta, silahkan.. jika masih bisa diperjuangkan, ya dikejar. Kalau ternyata mentok, ya sudah. Dinikmati saja rasanya, toh hati tidak akan sebuntu itu kok.. akan selalu ada jalan untuk jatuh cinta lagi, hingga pada akhirnya menemukan muara yang didalamnya cintamu menemukan tempatnya. Pasangannya. Just make it simple guys. Tidak ada satupun orang diluar sana yang bertanggungjawab atas pergolakan rasa yang kamu alami, kalau kamu kadung baper.. ya kan kamu sendiri yang membuka ruang hatimu?!
Saya jadi punya gambaran baru bahwa jatuh cinta nowdays itu seperti investasi, dari awal kita sudah tau resiko dan keuntungannya. Tapi kembali lagi ke kita, si investor.. mau invest banyak atau dikit dikit dulu? kalau ditahap awal sudah lempar banyak modal dan berharap dapat keuntungan balik yang juga besar, yah.. **garuk-garuk kepala** Come on!!! Puas dan Kecewa adalah dua konsekuensi logis dari harapan.
Well perjalanan hati yang amat sangat kompleks yang saya lewati beberapa bulan belakangan ini membuat saya tidak lagi begitu demanding terhadap hal hal romance. Itulah yang membuat saya bisa merasa lebih bebas dalam mengekspresikan diri, mengekspresikan perasaan. Kalau dikit dikit bawa baper, bawa ego, bawa gengsi, ya.. akan susah. Walau saya perempuan, ketika saya memutuskan untuk mencintai, akan saya cintai, akan saya ungkapkan, saya tunjukan. Perkara dapat balasan atau tidak, itu urusan nanti. Jujur pada diri sendiri dan tau maunya diri sendiri itu jauh lebih penting sih.
Mungkin segitu dulu lah cerita saya tentang relationship, jujur saya merasa kok narasinya berantakan gini yah. Mungkin efek lama tidak menulis, sementara ide dikepala tumpah tumpah. Al hasil, kacau balau deh.. semoga yang baca paham yah. Haha. Terimakasih, 😊
-----
Pic Source : Pexels
30/03/2020
Istirahat, Pa..
Butuh beberapa waktu untuk pada akhirnya saya bisa menyelesaikan catatan ini, sebuah catatan tentang kehilangan.
"Yes, he appears and he disappears, like a sunrise or sunset. Anything so ephemeral, just like our life. We appear and we disappear.. and we are so important to some but we are just passing through.."
Kehilangan seseorang artinya akan ada banyak potongan-potongan ingatan. Tentang seorang pria yang tidak pernah mengatakan cintanya tapi sanggup memberikan seluruh apa yang dimilikinya. Tentang seorang pria yang begitu keras watak dan pendiriannya tapi mampu melembutkan hati setiap orang yang ada disisinya. Tentang seorang pria yang bahkan tidak pernah terlihat lelah bekerja bahkan hingga beliau harus mengistirahatkan diri karena jatuh sakit dan tak lagi berdaya.
Saya kehilangan pria itu, seorang pria yang sepanjang hidup saya panggil dengan sebutan Bapak. Saya amat sangat merindukan beliau saat ini, teringat begitu banyak hal yang telah kami lewati bersama, banyak suka, banyak duka.. pun ada beberapa pertengkaran didalamnya. Hidup kami tidak mudah, saya tumbuh dan besar ditengah keterbatasan ekonomi, tapi beliau bahkan memberikan banyak dari yang dimilikinya, bekerja lebih dari yang seharusnya hingga pada akhirnya kami bisa merasakan hidup yang jauh lebih baik dari waktu ke-waktu.
Tiga bulan lamanya mendampingi Bapak, mulai dari bugarnya hingga tak lagi ada kesadaran dalam setiap lakunya. Hati saya luka tatkala disetiap hari jum'at Bapak terpaksa melewatkan Shalat Jum'at berjamaah di Masjid, atau ketika saya harus menyaksikan Bapak melaksanakan shalat wajib berdiri - berganti duduk - lalu berbaring, hingga ketika terdengar Adzan kami hanya mampu mengingatkan Bapak kalau waktu shalat sudah masuk, kemudian beliau mengangguk dalam kondisi tidak begitu sadar.
Dan lalu, saya masuk pada episode hidup yang mengingatkan saya bahwa kematian itu begitu dekat. Bapak meninggal tidak dalam pelukan atau pandangan saya, hanya melalui kabar, lalu saya menemukannya telah terbujur kaku dikelilingi banyak pasang mata yang berduka di ruang tamu rumah kami. Wajahnya begitu bersih, dan begitu tenang. Saya telah lebih dulu mengeluarkan banyak air mata sebelum hari ini tiba, saya telah lebih dulu banyak memeluk erat dan mencium Bapak sebelum hari ini tiba, saya telah banyak mengucapkan Maaf dan Rasa Terimakasih telah membersamai sepanjang 33-tahun hidup saya, pun jauh sebelum hari ini tiba. Tapi dada saya tetap sesak, ternyata semua itu belum cukup, saya masih ingin lebih, rasanya masih butuh waktu.. Saya terluka begitu dalam. Teringat dalam kesadaran yang begitu terbatas, dua hari sebelum Bapak meninggal.. melalui sambungan Video Call ketika saya mengabari bahwa saya telah sampai dirantau, bapak hanya menyampaikan satu kata; "terimakasih anak" Duh!
Menyaksikan Bapak dimandikan, dikafankan, ikut serta men-shalatkan, mendampingi upacara pelepasan secara militer lalu dimakamkan. Huft. Hati saya tidak pernah sepatah ini sebelumnya, tiba-tiba semua terasa begitu cepat..
Satu tahun lalu kita baru menghabiskan banyak hari di Masjid Nabawi dan Tanah haram hanya berdua saling jaga saling memberi perhatian. Lima tahun lalu kita sama-sama mencari tempat tinggal untuk saya dirantau karena akhirnya saya mendapatakan pekerjaan yang ternyata begitu membanggakanmu. Sepuluh tahun lalu, kita sama-sama mengunjungi Gedung Baruga di Unhas untuk menyaksikan wisuda pertama putrimu yang telah kau sekolahkan jauh lebih tinggi dari pendidikan yang telah kau tempuh, dimana mampumu-pun disangsikan oleh sebagian orang. Lima belas tahun lalu, ketika kali pertama kau mengantarkan saya pada pukul tiga dini hari menempuh satu jam perjalanan Cendrawasih-Perintis mengendarai motor tuamu untuk mengikuti Ospek kampus hari pertama yang begitu menyusahkan kita selama satu minggu penuh.
Dan begitu banyak potongan ingatan lainnya, yang membuat saya sadar bahwa.. saya tidak membutuhkan Bapak sebagaimana pandangan publik tentang sosok seorang Bapak/Ayah yang Hebat. Engkau, jauh lebih dari cukup untuk saya.. darimu saya belajar bahwa kesederhanaan itu jauh lebih istimewa dan mengesankan. Saya mendapatkan banyak previlege dalam hidup ini, tanpa dunia terlebih dahulu menanyakan siapa Bapak saya. I can stand on my own (two) feet, dad.. Seperti katamu, dunia itu akan selalu adil untuk orang-orang yang selalu berusaha dan bisa menjaga Shalat wajibnya - diawal waktu.
Istirahat, Pa.. doaku sekarang tidak banyak. Hanya semoga, suatu saat nanti kita bisa dipertemukan kembali, bersama orang-orang yang kita cintai, orang-orang yang sepanjang hidupmu kau perjuangkan segala bentuk kebaikannya. Pun semoga saya bisa menjadi Putri yang Solehah seperti inginmu, hingga segala amal kebaikan dunia yang sekiranya ada pada diri saya bisa menjadi kebaikan untukmu di Akhirat. Saya akan menjaga dan merawat dengan baik setiap potongan kenangan tentang kita, tentang keluarga kita. Allahummaghfir lahu, warhamhu, wa ‘aafihi wa’ fu’anhu
------------------------------------------------------------------
Untuk yang terkasih Bapak (59th), meninggal rabu pagi 18 Maret 2020
I love you, unconditionally ♥
01/01/2020
HELLO 2020
Hai,
Senyum dulu.
Hari pertama tahun 2020. Alhamdulillah, wa syukurillah Allah masih kasih kesempatan untuk tetap bisa merasakan nikmat-Nya.
Well, seharian tadi niatnya beres-beres donk ya, apa apa diatur lagi, niatnya sih pen bongkar kamar, re-putting sekaligus mensortir barang-barang yang sekiranya sudah tidak layak pakai, atau yang sudah out of taste. Hehe. Saya kepingin buat kamar saya itu lebih lapang dengan mengurangi barang-barang yang use-less. Termasuk buku-buku yang sdh out-off genre buat saya.
Dan lalu, saya nemu buku diari HAPPY EXISTENCE dong, buku Diary saya jaman usia 20-an. Pas dibuka, beugh!!! Isinya memori semua, kebanyakan sih yang pait-pait, ya iyalah saya adalah manusia yang imajinasinya sangat liar ketika sedang dalam kondisi tersakiti, hehe.. malu sih bacanya, dulu saya selebay itu yak. Duh. Saya lupa sih beli dan punya buku ini kapan, tapi tulisan pertama itu tercatat ditanggal 13 Oktober 2011, dan saya mulai berhenti menulis itu di bulan Januari 2016. Lama juga saya make buku itu, 5 tahun. Masih banyak halaman kosong, sepertinya manggil-manggil buat diisi deh. Hehe, tadi sudah coba sih nulis-nulis lagi tapi tiba tiba kaku, dan sepertinya tangan saya lebih doyan buat ngetik. Haha. Makanya, belum juga selesai nulis, saya langsung buka laptop.. pindah aja deh.
Dan lalu, saya nemu buku diari HAPPY EXISTENCE dong, buku Diary saya jaman usia 20-an. Pas dibuka, beugh!!! Isinya memori semua, kebanyakan sih yang pait-pait, ya iyalah saya adalah manusia yang imajinasinya sangat liar ketika sedang dalam kondisi tersakiti, hehe.. malu sih bacanya, dulu saya selebay itu yak. Duh. Saya lupa sih beli dan punya buku ini kapan, tapi tulisan pertama itu tercatat ditanggal 13 Oktober 2011, dan saya mulai berhenti menulis itu di bulan Januari 2016. Lama juga saya make buku itu, 5 tahun. Masih banyak halaman kosong, sepertinya manggil-manggil buat diisi deh. Hehe, tadi sudah coba sih nulis-nulis lagi tapi tiba tiba kaku, dan sepertinya tangan saya lebih doyan buat ngetik. Haha. Makanya, belum juga selesai nulis, saya langsung buka laptop.. pindah aja deh.
Mungkin ini bukan resolusi yah, karena khusus ditahun 2020 ini saya gak ada yang namanya resolusi-resolusi, saya pembelajar, gak musti pergantian tahun yang menjadi trigger saya untuk berubah ini itu, masang target ini itu, ya I'ii do it when I needed, everytime.. not must be at the beginning of the year. Kembali ke topik, tentang hal yang bukan resolusi tapi memang sekarang saya butuh amat sangat untuk ber-meditasi lewat tulisan. Maunya sih, kalau bisa setiap hari kembali rutin nulis. Ya gapapa sebaris dua baris, asal toxic yang ada dalam pikiran bisa kebuang. Yang hari ini ya selesaikan hari ini, lalu tidur, bangun bangun ya bener-bener a new day..
Ntah kapan dimulainya, saya ngerasa sekarang tuh saya jauh lebih bawel, lebih cerewet. Setiap hari mau ngomong aja, ini itu, mungkin karena saya juga kecanduan Podcast ya, jadi dikepala tuh materi muter-muter, mikirin ini mikirin itu, hasil pikirannya pengen aja di keluarkan gitu. Ya mau buat podcast juga, haha.. kayaknya belum pantas deh. Suara saya burukkk!!! Dan lagi, kalau cuman buat karena ingin ingin doang mah, buat apa.. ntar juga hilang. Saya kan manusia maha pembosan. Hehe. Ya kecuali nulis kek gini, saya taulah.. ini sudah jadi hal sangat menyenangkan buat saya, sometimes being my healing. So.. I will do it, when I wanna do it. I love writing, not for people.. but for my self.
Akhir kata, happy writing for my self
Then.. happy reading for you gaes. Yakali masih ada yang baca. Haha.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Powered by Blogger.